Sudah banyak sineas yang menerjemahkan kisah perang Vietnam ke pita seluloid, termasuk Stanley Kubrick sendiri. Namun Kubrick meyakinkan Full Metal Jacket sebagai salah satu yang terbaik. Diangkat dari novel “The Short-Timers” karya Gustav Hasford yang kemudian dibuatkan naskahnya oleh Kubrick, Michael Herr dan Hasford sendiri.
Film ini terdiri dari dua babak dengan Joker (Modine) sebagai tokoh sentralnya. Babak pertama adalah masa-masa latihan para tentara. Sgt. Hartman (Ermey) adalah pria tegas yang bertanggung jawab melatih fisik dan mental para tentara. Dan babak kedua ketika Joker terjun langsung ke medan perang di Vietnam. Ironisnya setelah Ia membawa symbol perdamaian dari posnya. Ok, kita menilai dari babak pertama. Masa-masa berat bagi seorang calon tentara dipenuhi kata-kata kasar dari pria bermulut busuk Hartman. Memang Saya tahu bagian yang panjangnya hampir setengah durasi film ini tidak memiliki pengaruh dalam jalan cerita. Karena babak ini sendiri memang tidak punya jalan cerita. Tapi melalui ini juga kita bisa melihat “persaudaraan” para calon tentara tersebut. Bagaimana mereka disumpah oleh Hartman, dan bagaimana Ia menjalani kehidupan keras yang harus mereka tempuh sebelum naik pangkat dan menjadi pembunuh terlatih. Saya katakan ini hal yang sangat manusiawi. Terutama cara Kubrick memperlihatkan seberapa banyak kekurangan dari seorang tentara gendut yang disebut Gomer Pyle (D’onofrio). Yang betul-betul bodoh sehingga sang pelatih sering menghukumnya—Tapi ada juga adegan menyembunyikan donat yang terkesan kurang realistis. Itu membuat Pyle menyimpan dendam yang membara kepada sang sergeant. Sekali lagi sifat manja seperti itu sangat nyata jika melihat sifat-sifat alami manusia apalagi yang emosinya sedang terguncang. Ada adegan dalam film yang menunjukkan bahwa Pyle ternyata adalah penembak ulung. Saya kira itu adalah cara Kubrick mengakhiri konflik batin dan fisik tersebut. Ternyata dendam terus dibawa sampai akhir hayatnya. Itu karena balas dendam adalah sepiring makanan yang sangat enak disajikan dingin. Sejujurnya konflik mereka berdualah yang paling memorable sepanjang film disamping menampilan Ermey dan D’onofrio sangat mengesankan. Bahkan pengembangan tokohnya lebih heboh dibandingkan karakter utamanya sendiri. Patut diacungi jempol untuk Kubrick yang sangat perfeksionis. Setelah itu, kita beralih ke Vietnam. Tapi dengan catatan Kubrick justru mengambil gambar di Inggris. Dan sisanya adalah bagian dari Joker. Jika dilihat plotnya secara garis besar, jalan ceritanya termasuk pendek. Karena sekarang cerita baru mulai berjalan. Tetapi di babak kedua ini terdapat dialog yang renyah dengan humor khas tentara. Dan kita disuguhi suasana perang yang mengerikan.Walaupun begitu tetap saja lebih enak menonton horror di “pulau” pelatihan. Melompat ke tahun dimana semua anak didikan terpisah dan Joker telah menjadi semacam wartawan. Dan Joker memutuskan ikut bergabung ke satu pasukan militer dimana salah satu rekannya pada masa pelatihan, Cowboy (Arliss Howard) juga bergabung. Terjun langsung ke medan perang dengan senjata mereka sebagai Tuhan mereka. Sangat berbeda dengan pekerjaan utama Joker yang meliput cerita serdadu mati. Saya mengerti mengapa Vietnam melarang pemutaran film ini. Ada lebih dari satu pelacur Vietnam menawarkan daging mentahnya kepada para tentara. Juga adegan tentara menembaki para petani Vietnam. Kita memiliki pandangan bahwa inilah Vietnam pada saat itu. Suram dan penuh terror. Kematian bisa menjemput siapapun—entah yang bersenjata maupun yang tidak—dan kapanpun sang pembunuh mau. Keadaan yang super jelek. Menjelang ke akhir film, musuh terberat bagi sekelompok tentara adalah seorang penembak jitu yang berhasil menjatuhkan moral para tentara dengan membunuh beberapa diantara mereka. Di situlah rasa persaudaraan muncul. Dan semakin mendekat ke akhir film, Joker ternyata tidak dilahirkan untuk membunuh. Serangkaian pembantaian itu hanya berawal dari sebuah dendam yang mendalam. Tapi dalam adegan klimaks tersebut, Kubrick juga sedikit memberi kejutan. Dan di akhir film Saya merasa sepertinya filmnya belum selesai. Mungkin karena ditutup dengan kurang manis dan kurang lengkap. Saya berpikir bahwa Kubrick ingin membuat film drama perang, bukan aksi perang. Sehingga dibuat dengan sangat manusiawi dan menyentuh ketimbang menyajikan perang dashyat seperti film Black Hawk Down. Dan drama itu juga yang mengantarkan oscar bagi para penulis naskahnya.
FULL METAL JACKET
Related Articles :
FULL METAL JACKET
1987
Warner Bros.
Jenis: Aksi, Drama, Perang
Sutradara: Stanley Kubrick
Pemain: Matthew Modine, Adam Baldwin, Vincent D’onofrio, Lee ErmeyPenulis: Stanley Kubrick, Michael Herr, Gustav Hasford
Warner Bros.
Jenis: Aksi, Drama, Perang
Sutradara: Stanley Kubrick
Pemain: Matthew Modine, Adam Baldwin, Vincent D’onofrio, Lee ErmeyPenulis: Stanley Kubrick, Michael Herr, Gustav Hasford
0 komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Komentar Anda?